Dicatat oleh : Saddam Cahyo
***
Semua pasti tahu, ya kalau tidak,
sebagian besar oranglah yang tahu apa itu geraham bungsu. Postingan saya kali
ini mungkin sekedar curcol sama seperti sebelum-sebelumnya, tapi saya berharap meski
ditulis hanya berdsarkan pengalaman pribadi, bukan riset ilmiah, semoga tidak
terlalu buruk sampai sekedar menjadi sampah literer yang mengotori arsip
digital dunia. :D
Sebagaimana normalnya gigi
manusia sering dikatakan berjumlah 33 buah, terdiri dari gigi geraham, gigi
taring, gigi depan, yang masing-masing berjumlah dua pasang / empat buah
memenuhi setiap sudut rahang. Nah, bagi orang yang sudah mulai masuk tahap usia
dewasa, memang banyak perubahan fisik yang terjadi menunjukkan kematangan
setiap organ tubuhnya. Termasuk soal gigi, di rentang usia 18 hingga 30 tahun
biasanya akan bertumbuhan apa yang disebut geraham bungsu itu.
Seperti julukannya, ia adalah
gigi geraham yang tumbuh paling terlambat, hanya saat kita sudah dewasa,
berbeda dengan semua struktur gigi yang sejak masa balita sudah mulai bertumbuh
di mulut kita. Gigi ini berada di posisi gusi paling belakang, mentok sekali.
Bagi yang belum bertumbuh, coba dicek ulang, dilihat pakai cermin apakah itu
masih ada ruang gusi yang kosong di barisan paling pojok gigi kita, sedikit
saja tampak ada ruang kosong itu berarti anda harus bersiap, barangkala si
geraham bungsu bakalan timbul.
Kenapa seserius ini kita
ngomongin si geraham bungsu ? karena dia bukan gigi tumbuh yang boleh disepelekan,
meski kadang juga dia sangat sepele sih. Begini, secara awam bisa kita jelaskan
bahwa proses bertumbuhnya si geraham bungsu ini adalah dengan cara mendesak
naik ke atas perlahan-lahan, dia bakal terus mendesak mencari ruang gusi yang
masih ada celah kosongnya di ujung rahang sampai akhirnya tumbuh sempurna.
Proses naiknya si gigi ke permukaan ini membuat ia harus memaksa gusi yang sudah
bertahun-tahun kosong dan mengeras itu member ruang, satu-satunya cara adalah
dengan merobeknya dari dalam, nah itu membuat si gusi meradang, dan bagi kita
akan terasa sangat sakiiiit sekali.
Nah karena prosesnya yang lambat,
gak sekali jadi, bahkan bisa berbulan-bulan, atau menahun baru sukses tumbuh
sempurna itu jugalah kenapa si geraham bungsu ini gak sepele. Itu berarti
sepanjang doi belum kelar bertumbuh, selalu ada bahaya laten sakit gigi yang
mengancam kenyamanan hidup sehari-hari bagi kita. Jangan lupa, kalau kita punya
empat sudut ruang gusi yang masih kosong, itu juga berarti kemungkinan besar
bakal ada empat geraham bungsu yang siap menyuguhkan sensasi cenut-cenut selama
beberapa tahun hidup anda. Tapi tenang, sakitnya gak tiap saat, cuma kalau lagi
aktif berproses aja kok, Cuma ya nggak jarang bisa berlangsung selama
semingguan. :P
Tak hanya itu, kehadiran si
geraham bungsu, terutama jika sudah ada di dua sudut rahang, membawa
konsekuensi logis bagi terjadinya proses restrukturisasi formasi gigi yang
selama ini sudah dianggap mapan. Nah, ini dia yang kadang sangat beresiko
terjadinya saraf kejepit.
Ini yang buat saya sih paling
meneror.. kenapa? Karena kabarnya, ini pengalaman kawan baik saya, selama enam
bulan dia sering sakit ngilu banget di ujung gerahamnya, dia gak sadar ini
sakit apa, udah pake segala obat sakit gigi tetep gak ampuh, tiap malem dan
kalo udara dingin sakitnya makin cenut minta ampun.. malah dia juga kadang
harus terpaksa ngunyah makanan pakai separuh rahang karena yang sebelahnya sama
sekali gak bisa dipakai ngunyah dan tertekan.
Akhirnya dia datangi itu dokter spesialis gigi, dan disimpulkan kalau
pertumbuhan geraham bungsunya telah menjepit saraf dan solusinya Cuma dengan
pencabutan itu si gigi yang baru mau tumbuh. Biaya operasi kecilnya sekitar 4-5
jutaan, dan proses penyembuhannya sekitar sebulan deh baru lega. Menyiksa kan ?
Syukur Alhamdulillah nya saya, meski
sekitar tujuh tahun lamanya baru selesai itu proses pertumbuhan empat geraham
bungsu, tidak ada sampai terjadi saraf terjepit, meski sumpah gak jarang juga
kalau lagi aktif tumbuh, rasa sakitnya bisa bikin pusing dan labil emosi selama
semingguan, ngerjain apa aja jadi gak focus dan gak nyaman.
Katanya sih itu karena bentuk
rahang saya yang cukup lebar, sehingga ruang gusi yang kosong tidak terlalu
sempit dan membuat si geraham bungsu harus maksa mendorong struktur gigi
pendahulunya. Bentuk rahang yang agak lebar bisa memudahkan proses pertumbuhan,
ya kalau sakit sih namanya juga gusi robek dan meradang, atasi aja pakai obat
penghilang nyeri kayak PONSTAN, dan bersabar saja ini gak bisa diatasi,
tungguin aja, namanya juga tumbuh gigi, rajin-rajin aja sikat gigi dan jaga
pola makannya jangan yang bikin nyangkut.
Masalahnya adalah bagi yang
bentuk rahangnya memang mungil kayak temen saya itu, resiko terbesarnya ya
kejepit tadi sarafnya.. antisipasinya ya dicabut dengan biaya lumayan tadi
juga.. Hmm.. tapi gak semua kasus rahang kecil bakal ngalamin itu kok, banyak
yang beruntung juga. Ada dokter gigi yang sewaktu kami konsultasi ngasih saran
dan penjelasan kalau sebenarnya si geraham bungsu bisa dicegah biar nggak
tumbuh saat kita dewasa, yaitu dengan membiasakan anak-anak dan remaja untuk
sering makan makanan yang agak keras, sehingga memaksa kita untuk rajin mengunyah,
artinya rajin melatih otot mulut, dan gigi untuk bekerja lebih giat, gak
males-malesan tinggal nelen. Tapi jangan juga sampai kita maksain anak dan
remaja untuk makan benda keras terus-terusan sampai malah beresiko giginya
patah atau rusak sompal, itu malah bikin perkara baru.
Sebenarnya cukup dengan rajin
mengunyah, jangan malas! Itu kenapa, saran para leluhur untuk mengunyah makanan
sebanyak mungkin sebelum kita menelannya tidak boleh diabaikan. Dengan begitu
kita seolah memberikan sinyal informasi kepada otak untuk mengabarkan bahwa
kondisi gigi kita sudah oke kok, kuat dan cukup, jadi udah deh gak usah dikirim
itu pasokan gigi geraham bungsu. Maka jadilah mereka batal nongol ketika si
anak tumbuh dewasa, dan selamatlah ia dari potensi penderitaan.
Konon kabarnya, ini berkaitan
langsung dengan kisah evolusi manusia. Bahwa fenomena bertumbuhnya gigi geraham
bungsu itu adalah strategi evolusi tubuh manusia untuk mempertahankan kualitas
hidupnya. Karena di masa lalu, manusia masih memakai pola makan yang sangat
berbeda dengan sekarang, yaitu memakan makanan yang kadang mentah atau juga
keras, itu karena manusia masih mengandalkan alam secara langsung untuk
memenuhi kebutuhan makannya, teknologi memasak pun mungkin belum ditemukan,
atau malah masih sangat primitive karena baru mengenal cara membuat api.
Sehingga tingkat kematangan dan keempukan semua makanan yang dikonsumsinya
belum seperti zaman ini, yang malah bisa dikatakan terlalu lembut semuanya,
bikin gigi kita jadi malas-malasan.
Nah, di masa itu, ketika semua
makanan masih sangat menuntut manusia untuk mengunyah secara ekstra, sering
sekali terjadi kecelakaan seperti patah gigi, sompal gigi, hingga tercabutnya
gigi, terutama pada gigi geraham yang paling diandalkan untuk mengunyah
makanan. Untuk itulah si geraham bungsu mengemban tugas mulianya, yaitu sebagai
gigi serep, alias cadangan untuk menggantikan gigi-gigi geraham pendahulunya
yang pada berguguran. Sehingga manusia tidak mengalami penderitaan karena
ompong, itu berkat si geraham bungsu yang hadir bak pahlawan menggantikan peran
para pendahulunya tadi.
Tapi, kini zaman sudah berubah,
itu semua terjadi ribuan tahun yang lalu. Hanya saja persoalannya proses
evolusi kita sebagai manusia modern pun belum tuntas, itu karena memang katanya
proses evolusi itu berlangsung selama ratusan atau jutaan tahun lamanya, jadi
sabar saja. Sudah jadi konsekuensi logis bagi kita manusia modern untuk
menerima kenyataan itu, tapi bukan berarti pasrah, kita punya akal dan
kapasitas untuk mendorong laju perkembangan peradaban, maka rajin-rajinlah
menganjurkan setiap anak dan remaja untuk tidak malas mengunyah…!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar