Senin, 07 September 2015

Geraham Bungsu , Kemanjaan Gigi Yang Berbahaya

Dicatat oleh : Saddam Cahyo
***

Semua pasti tahu, ya kalau tidak, sebagian besar oranglah yang tahu apa itu geraham bungsu. Postingan saya kali ini mungkin sekedar curcol sama seperti sebelum-sebelumnya, tapi saya berharap meski ditulis hanya berdsarkan pengalaman pribadi, bukan riset ilmiah, semoga tidak terlalu buruk sampai sekedar menjadi sampah literer yang mengotori arsip digital dunia. :D

Sebagaimana normalnya gigi manusia sering dikatakan berjumlah 33 buah, terdiri dari gigi geraham, gigi taring, gigi depan, yang masing-masing berjumlah dua pasang / empat buah memenuhi setiap sudut rahang. Nah, bagi orang yang sudah mulai masuk tahap usia dewasa, memang banyak perubahan fisik yang terjadi menunjukkan kematangan setiap organ tubuhnya. Termasuk soal gigi, di rentang usia 18 hingga 30 tahun biasanya akan bertumbuhan apa yang disebut geraham bungsu itu.

Seperti julukannya, ia adalah gigi geraham yang tumbuh paling terlambat, hanya saat kita sudah dewasa, berbeda dengan semua struktur gigi yang sejak masa balita sudah mulai bertumbuh di mulut kita. Gigi ini berada di posisi gusi paling belakang, mentok sekali. Bagi yang belum bertumbuh, coba dicek ulang, dilihat pakai cermin apakah itu masih ada ruang gusi yang kosong di barisan paling pojok gigi kita, sedikit saja tampak ada ruang kosong itu berarti anda harus bersiap, barangkala si geraham bungsu bakalan timbul.

Kenapa seserius ini kita ngomongin si geraham bungsu ? karena dia bukan gigi tumbuh yang boleh disepelekan, meski kadang juga dia sangat sepele sih. Begini, secara awam bisa kita jelaskan bahwa proses bertumbuhnya si geraham bungsu ini adalah dengan cara mendesak naik ke atas perlahan-lahan, dia bakal terus mendesak mencari ruang gusi yang masih ada celah kosongnya di ujung rahang sampai akhirnya tumbuh sempurna. Proses naiknya si gigi ke permukaan ini membuat ia harus memaksa gusi yang sudah bertahun-tahun kosong dan mengeras itu member ruang, satu-satunya cara adalah dengan merobeknya dari dalam, nah itu membuat si gusi meradang, dan bagi kita akan terasa sangat sakiiiit sekali. 

Nah karena prosesnya yang lambat, gak sekali jadi, bahkan bisa berbulan-bulan, atau menahun baru sukses tumbuh sempurna itu jugalah kenapa si geraham bungsu ini gak sepele. Itu berarti sepanjang doi belum kelar bertumbuh, selalu ada bahaya laten sakit gigi yang mengancam kenyamanan hidup sehari-hari bagi kita. Jangan lupa, kalau kita punya empat sudut ruang gusi yang masih kosong, itu juga berarti kemungkinan besar bakal ada empat geraham bungsu yang siap menyuguhkan sensasi cenut-cenut selama beberapa tahun hidup anda. Tapi tenang, sakitnya gak tiap saat, cuma kalau lagi aktif berproses aja kok, Cuma ya nggak jarang bisa berlangsung selama semingguan. :P

Tak hanya itu, kehadiran si geraham bungsu, terutama jika sudah ada di dua sudut rahang, membawa konsekuensi logis bagi terjadinya proses restrukturisasi formasi gigi yang selama ini sudah dianggap mapan. Nah, ini dia yang kadang sangat beresiko terjadinya saraf kejepit.

Ini yang buat saya sih paling meneror.. kenapa? Karena kabarnya, ini pengalaman kawan baik saya, selama enam bulan dia sering sakit ngilu banget di ujung gerahamnya, dia gak sadar ini sakit apa, udah pake segala obat sakit gigi tetep gak ampuh, tiap malem dan kalo udara dingin sakitnya makin cenut minta ampun.. malah dia juga kadang harus terpaksa ngunyah makanan pakai separuh rahang karena yang sebelahnya sama sekali gak bisa dipakai ngunyah  dan tertekan. Akhirnya dia datangi itu dokter spesialis gigi, dan disimpulkan kalau pertumbuhan geraham bungsunya telah menjepit saraf dan solusinya Cuma dengan pencabutan itu si gigi yang baru mau tumbuh. Biaya operasi kecilnya sekitar 4-5 jutaan, dan proses penyembuhannya sekitar sebulan deh baru lega. Menyiksa kan ?

Syukur Alhamdulillah nya saya, meski sekitar tujuh tahun lamanya baru selesai itu proses pertumbuhan empat geraham bungsu, tidak ada sampai terjadi saraf terjepit, meski sumpah gak jarang juga kalau lagi aktif tumbuh, rasa sakitnya bisa bikin pusing dan labil emosi selama semingguan, ngerjain apa aja jadi gak focus dan gak nyaman.

Katanya sih itu karena bentuk rahang saya yang cukup lebar, sehingga ruang gusi yang kosong tidak terlalu sempit dan membuat si geraham bungsu harus maksa mendorong struktur gigi pendahulunya. Bentuk rahang yang agak lebar bisa memudahkan proses pertumbuhan, ya kalau sakit sih namanya juga gusi robek dan meradang, atasi aja pakai obat penghilang nyeri kayak PONSTAN, dan bersabar saja ini gak bisa diatasi, tungguin aja, namanya juga tumbuh gigi, rajin-rajin aja sikat gigi dan jaga pola makannya jangan yang bikin nyangkut.

Masalahnya adalah bagi yang bentuk rahangnya memang mungil kayak temen saya itu, resiko terbesarnya ya kejepit tadi sarafnya.. antisipasinya ya dicabut dengan biaya lumayan tadi juga.. Hmm.. tapi gak semua kasus rahang kecil bakal ngalamin itu kok, banyak yang beruntung juga. Ada dokter gigi yang sewaktu kami konsultasi ngasih saran dan penjelasan kalau sebenarnya si geraham bungsu bisa dicegah biar nggak tumbuh saat kita dewasa, yaitu dengan membiasakan anak-anak dan remaja untuk sering makan makanan yang agak keras, sehingga memaksa kita untuk rajin mengunyah, artinya rajin melatih otot mulut, dan gigi untuk bekerja lebih giat, gak males-malesan tinggal nelen. Tapi jangan juga sampai kita maksain anak dan remaja untuk makan benda keras terus-terusan sampai malah beresiko giginya patah atau rusak sompal, itu malah bikin perkara baru.

Sebenarnya cukup dengan rajin mengunyah, jangan malas! Itu kenapa, saran para leluhur untuk mengunyah makanan sebanyak mungkin sebelum kita menelannya tidak boleh diabaikan. Dengan begitu kita seolah memberikan sinyal informasi kepada otak untuk mengabarkan bahwa kondisi gigi kita sudah oke kok, kuat dan cukup, jadi udah deh gak usah dikirim itu pasokan gigi geraham bungsu. Maka jadilah mereka batal nongol ketika si anak tumbuh dewasa, dan selamatlah ia dari potensi penderitaan.

Konon kabarnya, ini berkaitan langsung dengan kisah evolusi manusia. Bahwa fenomena bertumbuhnya gigi geraham bungsu itu adalah strategi evolusi tubuh manusia untuk mempertahankan kualitas hidupnya. Karena di masa lalu, manusia masih memakai pola makan yang sangat berbeda dengan sekarang, yaitu memakan makanan yang kadang mentah atau juga keras, itu karena manusia masih mengandalkan alam secara langsung untuk memenuhi kebutuhan makannya, teknologi memasak pun mungkin belum ditemukan, atau malah masih sangat primitive karena baru mengenal cara membuat api. Sehingga tingkat kematangan dan keempukan semua makanan yang dikonsumsinya belum seperti zaman ini, yang malah bisa dikatakan terlalu lembut semuanya, bikin gigi kita jadi malas-malasan.

Nah, di masa itu, ketika semua makanan masih sangat menuntut manusia untuk mengunyah secara ekstra, sering sekali terjadi kecelakaan seperti patah gigi, sompal gigi, hingga tercabutnya gigi, terutama pada gigi geraham yang paling diandalkan untuk mengunyah makanan. Untuk itulah si geraham bungsu mengemban tugas mulianya, yaitu sebagai gigi serep, alias cadangan untuk menggantikan gigi-gigi geraham pendahulunya yang pada berguguran. Sehingga manusia tidak mengalami penderitaan karena ompong, itu berkat si geraham bungsu yang hadir bak pahlawan menggantikan peran para pendahulunya tadi.

Tapi, kini zaman sudah berubah, itu semua terjadi ribuan tahun yang lalu. Hanya saja persoalannya proses evolusi kita sebagai manusia modern pun belum tuntas, itu karena memang katanya proses evolusi itu berlangsung selama ratusan atau jutaan tahun lamanya, jadi sabar saja. Sudah jadi konsekuensi logis bagi kita manusia modern untuk menerima kenyataan itu, tapi bukan berarti pasrah, kita punya akal dan kapasitas untuk mendorong laju perkembangan peradaban, maka rajin-rajinlah menganjurkan setiap anak dan remaja untuk tidak malas mengunyah…!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar