Nah.. ada yang pernah lihat pedagang sate madura yang keliling sambil memanggul rotan dagangnya? Coba cek lagi deh apa yang mereka andalkan sebagai penerang..
Kemarin saat kota saya kedatangan musim listrik padam yang kurang ajar bin kelewatan, akhirnya saya mengalami kebuntuan. Lampu mendadak mati di malam hari,.dan berhubungan sedang malam takbiran bbm idul adha, otomatis warung yang jual lilin pun gak yang buka.
Walhasil saya teringat inspirasi yang sering ditebar oleh para pedagang sate keliling tadi. Kenapa tidak saya mencoba, kayaknya lumayan asyik buat mengisi kesepian malam yang dipaksa gelap begitu.
Saya ambil gelas sloki kecil, kawat kecil, sedikit minyak makan, dan secuil kapas. Lalu saya mulai eksperimen dengan menuangkan minyak makan ke dalam gelas sloki. Saya lekuk dan bentuk kawat menjadi penyangga sumbunya, dan saya pilin itu kapas hingga berbentuk sumbu, lalu saya susun sedemikian rupa.
Terakhir, saya bakar ujung sumbunya dan jadilah sudah lampu praktis nan hemat ala tukang sate buatan saya sendiri. Ini jauh lebih hemat ketimbang beli lilin lho. Selama empat jam mati listrik, lampu sederhana ini gak kunjung padam.
Kelemahannya cuma satu, menimbulkan sedikit asap kehitaman. Jadi jangan diletakkan dekat tembok atau atap, supaya tidak meninggalkan bekas hitam setelahnya.
Saran saya, pakai minyak bekas pakai saja biar hemat, karena lampu ini cukup lumayan menyerapnya sebagai sumber energi.
Jangan lupa juga untuk memilin kapas cukup tipis sebagai sumbu, supaya gak terlalu besar nyala apinya, dan mengurangi asap hitamnya.
Cobain deh..
Ketika minyak nya habis, isi ulang saja lagi dan perbaiki kembali posisi sumbu kapasnya..
Dan,.inilah penampakan pasukan penerangan darurat saya punya :