Jumat, 20 Maret 2015

Dibuat Kangen Sholat Sama Ajaran Kerokhanian Sapto Dharmo

Dicatat oleh : Saddam Cahyo


***
Saya warga negara Indonesia, saya lahir di keluarga yang jadi bagian dari komunitas kultur yang juga mayor, yakni campuran Sumatera dan Jawa. Begitu pun ajaran agama yang dianut dan diyakini keluarga besar saya dari pihak Ibu ataupun ayah, meski seperti keluarga Indonesia pada umumnya, setidaknya sudah sekitar empat generasi di atas kami menganut ajaran agama Islam yang tak lain daripada agama mayoritas di negeri ini.

Tapi terlahir sebagai islam saja belumlah cukup untuk menjadikan kita sebagai seorang muslim. Dibutuhkan kesadaran dari dalam diri masing-masing untuk mengimani ajaran agama islam, begitu pun agama lainnya menurut saya. Dengan kata lain, saya adalah orang yang meyakini bahwa Tuhan, sang pemilik kuasa atas alam semesta itu ada, hakekatnya hanyalah satu untuk semua umat manusia dan makhluk hidup lainnya. Agama adalah sarana beribadah kepada Tuhan yang dilembagakan sedemikian rupa oleh manusia-manusianya. untuk meyakini diri percaya kepada Tuhan, dan memutuskan beriman pada salah satu ajaran agama, bagi saya ini adalah wilayah yang sangat privat sifatnya. Tak ada satu pun manusia yang berhak memaksakan keyakinannya pada manusia yang lain, atas dasar apa pun.Setiap manusia, terlepas dari terlahir dalam keadaan apa pun, berhak untuk menentukan pilihannya untuk mengimani agama apa sebagai jalan beribadah pada Tuhan yang Maha Esa.

Nah, kebetulan saya sendiri belumlah merasa pantas menyebut diri sebagai seorang muslim, karena memang kesadaran saya akan ajaran islam masih terlampau cetek dan nyaris tidak melek. Dari segi pemahaman, hapalan, bahasa Arab, sampai pengamalan ibadahnya pun masih sangat jauh dari sempurna. Tapi memang begitulah, saya percaya setiap orang pasti berbeda-beda pengalaman spiritualnya. Ada yang dengan segera sejak masih usia bocah sudah bisa yakin agama orang tuanya adalah juga agama pilihannya, tapi ada juga yang sebaliknya, dan ada pula yang butuh proses cukup panjang sampai memasuki usia dewasa.

Termasuk saya dalam kategori ini. Boleh dibilang, hanya sampai batas sekolah SMP sajalah saya rajin sholat seperti anak-anak muslim lainnya, sedang di masa SMA saya mulai malas-malasan dan hanya kalau sedang dalam keadaan kepepet atau kebetulan saja saya bakal beribadah menurut aturan Islam. Setelah masuk masa-masa kuliah, saya makin jauh meninggalkan ajaran islam. Maklum, saat itu saya sedang lamai gegar budaya, lagi asik-asiknya berenang di kolam filsafat materialisme, sekaligus ngalamin demam keilmuan barat, bawaannya pengen jadi intelektual yang rasional, ilmiah dan atheis sajalah pokoknya.

Tapi sayang, untuk menjadi seperti itu pun saya gak kunjung sanggup.. mulailah saya berbenah diri untuk menyebut diri agnostik saja.. malas berdebat soal agama dan ketuhanan, merasa percaya pada eksistensi Tuhan, tapi mengutamakan kemanusiaan dan hal-hal keduniaan dalam kehidupan. Prinsipnya saya yakin kalau manusia menjalani kehidupan sebaik-baiknya di dunia, tidak menyakiti alam atau pun manusia lainnya, saling mengasihi dan membantu, masih terus berdoa dan memohon restu Tuhan atas apa yang kita usahakan di dunia. Bagi saya ini semua sudah merupakan wujud ibadah kepada Tuhan. Ketimbang harus masuk dalam kotak-kotak pemecah-belah umat manusia berjuluk agama itu.

Saya merasa nyaman sekali dengan klaim diri sebagai seorang manusia agnostik yang baik. Tapi sayangnya, saya masih saja labil, bukannya menjaga kebaikan dalam sikap, saya justru sering terpancing ingin memprovokasi orang lain untuk ikutan jadi agnostik kayak saya, juga sering usil menggugat kekolotan dan segala keganjilan dalam pola pikir apalagi tradisi agama orang lain. Jadilah saya sering dianggap atheis dalam pengertiannya yang buruk oleh orang-orang lain di sekitar, ah padahal saya kan sangat percaya pada Tuhan dan selalu berdoa setiap harinya, dengan cara saya sendiri tentunya. Sungguh saya dan orang-orang itu sudah saling salah mengerti.. :p

Pengalaman menarik saat beberapa bulan terakhir saya mendapat kesempatan menyertai rekan kuliah yang meneliti hak-hak ekonomi dan politik warga penghayat kepercayaan. Kebetulan di Lampung ini, komunitas warga penghayat terbesar adalah untuk ajaran Kerokhanian Sapto Dharmo (KSD). Umat atau warganya ada sekitar lebih dari 4000 jiwa, dan tersebar hampir di setiap kabupaten. Sungguh mengejutkan, karena sebelumnya saya tidak pernah menduga kalau kepercayaan yang sering ikut digolongkan sebagai tradisi kejawen ini berkembang cukup besar dan sudah sejak lama di provinsi ini. Tapi wajar saja, memang mayoritas penduduk Lampung merupakan etnis jawa karena sejak zaman kolonial Belanda dulu wilayah ini sudah dijadikan sasaran transmigrasi.

Bagi saya, Sapto Darmo adalah ajaran rohani / spiritual yang sinkretik dan khas, Indonesia Bangetlah pokoknya. Mengapa ? karena sekilas dari ajaran-ajarannya saya merasakan banyak unsur campuran dari nuansa Jawa, Nasionalisme, Islam, Trinitas Kristen, Buddha, dan Hindu. Namun, nuansa paling kental adalah unsur-unsur agama wahyu dari tradisi samawi yang bercampur dengan tradisi spiritual jawanya. Ini tampak misalnya dari konsepsi ketuhanan monoteisnya yang tak juga berwujud dan bernama Allah (cara mengejanya seperti umat Kristen), sikap spritiualnya yang anti klenik, sesaji, jimat, dan ilmu gaib. Serta keyakinannya bahwa Bapak Hardjosepuro / Panuntun Agung yang bergelar Sri Gutama itu adalah manusia suci penerima wahyu dari Tuhan, sekiranya ia hanyalah seorang rasul, bukan sosok yang disembah.

Dari sini juga saya menjadi tahu bahwa sesungguhnya Sapto Dharmo bukanlah kejawen, karena biasanya kejawen lekat dengan tradisi klenik dan mistik, serta politheis. Saya juga jadi tahu kalau ajaran yang lahir di tahun 1952 di Kediri jawa Timur ini sempat berkembang sangat pesat sebagai agama yang dianut jutaan warga negara Indonesia. Tapi segera diberangus dan dikebiri habis oleh Orde Baru pasca tragedi 1965. Jadilah mereka sekarang ini bertahan dalam kategori legal sebagai ajaran kepercayaan. Padahal jelas mereka ini sebenarnya agama baru, bukan ajaran spiritual tradisional yang sudah dianut oleh nenek moyang secara turun temurun.

Oke, lepas dari itu semua, saya bukanlah masuk golongan orang yang reaksioner soal agama. Bagi saya, terlepas dari taraf kebenaran ajaran Sapto Dharmo itu shaih atau tidak, itu bukan perkara utama, yang pokok adalah ajaran agama itu tidak menciptakan konflik berkepanjangan diantara sesama manusia. Selagi agama itu fokusnya ada pada membimbing umatnya dalam beribadah kepada Tuhan, dan mengajarkan umatnya untuk menjunjung etos hidup yang bijaksana kepada alam dan sesama manusia. Maka agama itu baik, dan keberadaannya berhak untuk tidak diusik. Begitulah saya memandang ajaran Kerokhanian Sapto Dharmo (KSD) ini.

Dalam beberapa kali kesempatan mengikuti prosesi sanggaran dan sujud bersama warga KSD dari beberapa kabupaten di provinsi Lampung inilah saya mendapatkan pengalaman spiritual yang menarik. Bukan, bukan saya jadi kepengen bergabung dengan mereka dan mengimani ajaran KSD. Sebaliknya saya jadi merasa iri sekali pada mereka. Sebelumnya, saya selalu tak acuh pada orang-orang dari agama apa pun yang sedang beribadah, saya hanya sebatas menghargai waktu mereka melangsungkan ibadah, tanpa memberi perhatian yang lebih khusus. Tapi kali ini lain, mungkin karena tersedia waktu yang cukup luang dan intensif bagi saya untuk menyimak keseluruhan prosesi ibadah warga KSD, dan berlangsung selama berkali-kali dalam tempo waktu sekitar 3 bulan. Akhirnya timbullah rasa iri di dalam hati saya.

Iri dalam arti yang positif tentunya. Tak lain dari rasa iri ini timbul setelah melihat kekhusyukan mereka saat melakukan sujud, saat melakukan hening, saat mendengarkan kidung jawa, atau saat saling bertukar refleksi pengalaman hidupnya selama jadi warga KSD. hampir dari semua warga yang saya temui menampakkan rasa keberimanan yang teguh dan teduh. Nyaman sekali rasanya melihat mereka bisa mencapai ketenangan batin setelah beribadah, dan kagum rasanya melihat etos ketekunan dan kesederhanaan hidup yang dilakoni para warga KSD tersebut.

Saya jadi bertanya pada diri sendiri, "Lantas bagaimana caramu beribadah agar bisa menghalau kepenantan dan kegusaran hidup Dam ?"

Hampir setiap pulang ke rumah dari aktivitas mendampingi riset kawan di komunitas warga KSD inilah saya merasa terdorong dengan sendirinya untuk "pulang". Pulang ini maksudnya kembali merenungi pilihan beragama yang selama beberapa tahun terakhir ini saya tekan dan abaikan. Saya mulai kembali mengulang pelajaran caranya melakukan shalat yang benar, saya ulangi hapalan bacaannya yang sudah banyak lupa. Saya hapali lagi beberapa surat pendek yang dulu sering saya andalkan saat shalat, sambil sesekali membacai artinya dalam bahasa Indonesia supaya saya bisa lebih mengerti ketimbang sekedar hapal di mulut.

Rasa iri saya pada warga KSD mulai terjawab, ternyata saya sedang rindu serindu-rindunya, pada Tuhan yang selama ini saya yakini tapi kurang saya perhatikan. Rindu pada ketenangan batin saat lakukan prosesi ibadah sesuai dengan ajaran agama yang pernah saya dapatkan sejak kecil hidup di dunia ini. maka saya pun jadi makin sering dan semangat untuk kembali rutin mendirikan sholat sebagaimana diajarkan agama islam. Tapi semua ini masih merupakan proses awal yang belum berarti apa-apa. Saya masih belum pantas disebut manusia beriman islam secara teguh. Terimakasih warga Sapto Dharmo di Lampung yang telah menginspirasi batin saya.. Salam Waras...!



( Gambar saya saat mengikuti prosesi sanggaran warga KSD lintas kabupaten, Februari 2015 )

( Gambar prosesi hening pembuka, ungkapan syukur pada Tuhan Allah Hyang Maha Esa )

( Gambar prosesi isian sanggaran, sharing refleksi atas ajaran kerokhanian dan pengalaman hidup )







Kamis, 19 Maret 2015

Beli Motor Bekas Memang Harus Jeli dan Cerdas

Dicatat oleh : Saddam Cahyo


***
Persisnya di penghujung bulan Desember 2014 kemarin, saya resmi membeli sebuah sepeda motor bebek bekas bermerk Honda Supra X 125 Std. Saya cukup bersyukur dan bangga setelah melakukan penantian dan harap-harap yang cukup lama, akhirnya bisa juga kesampean punya motor sendiri, walopun akhirnya untuk kali pertama beli motor ini harus yang bekas dulu karena keterbatasan anggaran. Tapi gak soal, karena prinsipnya saya jadi resmi punya motor pribadi yang leluasa bisa dirawat, dan dipakai untuk kepentingan saya sendiri.

Tapi pengalaman ini juga jadi pelajaran yang cukup penting buat saya sebagai bekal di kemudian hari. Awalnya setelah yakin bisa mengumpulkan uang sekitar 8,5 juta rupiah, saya mulai membulatkan tekad untuk tidak menunda-nunda lagi lakuin pembelian motor pribadi. Setelah minta restu orang tua, saya memulai tirakat :p . Pertama saya memilih dulu antara ambil motor baru yang kualitasnya pasti terjamin tapi selama 3 tahun ke depan masih harus terikat dengan beban cicilan per bulannya, atau saya ambil tunai beli motor bekas yang kudu masih tokcer biar plong selama minimal lima tahun kedepan juga tetap terjamin nyaman dipakai.

Berhubung saat itu saya belumlah berhasil jadi manusia produktif yang mandiri dan berpenghasilan cukup, akhirnya saya putuskan ambil pilihan kedua: beli motor bekas yang masih tokcer sesuai dengan batas kemampuan budget !

Dimulailah perburuan motor bekas itu saya lakukan ! pertama, dengan mendatangi beberapa showroom motor-motor bekas yang membentang hampir di semua penjuru Kota Bandar Lampung. Ada banyak sekali pilihan motor yang menggoda, tapi saya urungkan niat menggunakan jasa mereka karena beberapa pertimbanyan seperti harganya relatif masih mahal karena mereka sangat mengharap untung, dan kondisi motor yang kinclong di luar menurut beberapa sumber berpengalaman seringkali tidak sesuai dengan kondisi mesin motor yang sudah bongkar pasang atau tambal-sulam. Belum lagi adanya resiko pemalsuan dokumen kendaraan mengingat Lampung adalah Kota Begal.

Kedua, saya minta bantuan kerabat, kenalan, kawan, dan siapa saja lewat sebaran informasi mohon petunjuk jika ada orang yang dikenalnya sedang menjual motor yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan saya. Biasanya kalo ada yang jual kepepet dan dari tangan pertama alias pemiliknya langsung itu kota bisa dapatkan barang dengan kualitas oke tapi harganya murah.  Tapi sayang, saat itu tak satu pun datang informasi yang sesuai dengan harapan saya.

Ketiga, saya mengikuti petunjuk beberapa kawan untuk berburu informasi lewat portal jual-beli online. saat itu ada dua situs yang ramai yakni berniaga.com dan olx/tokobagus.com ( sekarang semuanya sudah merger melebur jadi hanya ada OLX.CO.ID ). Awalnya saya ragu sekali karena transaksi online dengan nilai jutaan rupiah itu sangat rentan penipuan, tapi kawan-kawan saya yang lebih dulu berpengalaman menjelaskan kalau di situs jual-beli ini kita tak perlu pakai perantara saat transaksi jadi lebih meyakinkan.

Mulailah saya menenggelamkan diri selama lebih dari satu minggu ke dalam kubangan informasi penjualan motor bekas di dua situs itu. Pilihannya yang sesuai dengan kemampuan budget saya ada banyak ternyata ! tapi awalnya saya pikir akan membeli motor jenis Honda Revo atau Supra X 125 di bawah tahun 2006 saja lah karena rerata harganya bakalan lebih miring, di bawah 7 juta rupiah, itu artinya budget saya maish lebih dan bisa dipakai buat keperluan yang lain. Tapi banyaknya tawaran motor Yamaha MX yang harganya juga masih saya sanggupi mulai membuat saya ragu, sebab motor jenis ini memang lebih keren.

Tapi segera saya urungkan, mengingat batas kemampuan saya masih belum cukup untuk membiayai nafsu bensin jenis motor 135 cc itu. Nah, mulai jugalah saya mengalihkan perhatian untuk mencari motor jenis Honda Supra X 125 cc yang di atas tahun 2007 karena saya yakin motor jenis ini punya kapasitas mesin yang mumpuni dan konsumsi bbm nya pun cukup bersahabat dengan kantong saya. Tentu saya cari yang dijual seharga 8,5 juta ke bawah dan itu cukuplah sulit.

Kebanyakan motor jenis ini masih ditawarkan dengan harga jual yang tinggi, minimal 8,5 dan masih ada yang mencapai 14 juta rupiah tergantung tahun pembuatannya. Setelah bersabar menanti hadirnya tawaran yang paling sesuai kriterianya, yakni plat dalam kota, tahun 2007 ke atas, harga dibuka 8,5 juta, dan kondisi masih tampak cukup, pajak dan surat-surat aman. Akhirnya muncullah satu penawaran paling sesuai dan mulailah saya coba hubungi nomor henpun pemiliknya untuk bikin janji ketemuan.

Setelah berhasil memaksa bertemu, akhirnya datang juga hari dimana saya sudah kebelet pengen punya motor sendiri. Ini saya sadari sebagai salah satu keburukan diri saya, yakni kurang sabar, cermat, cerdas setiap punya hajat ingin membeli barang. Sore itu saya janjian ketemu di depan kantor asuransi axa tempat orangnya bekerja, saya ajak sahabat baik saya yang rasanya lebih cakap negoisasi ketimbang saya, sekalian biar aman karena pergi nemuin orang asing bawa uang cash yang cukup besar.

Motornya berwarna merah dan hitam, tahun pembuatan 2009, semuanya masih ori bawaan dealer, pajak hidup, surat dan faktur pembeliannya masih lengkap, harga dibuka 8,5 juta dan dia adalah pemilik pertamanya. Nah, sampai disini saya kembali menampakkan watak buruk, yakni terlalu ingin cepat selesai urusan, malas kroscek, malas ribet nawar, dan sudah cocok-cocok saja dengan segala kriteria formal "di atas kertas".

Padahal sahabat saya itu sudah berbaik hati ingin serius membantu, dia yang ribet ngecek kondisi fisik kendaraan, dan ditemukanlah keadaan bahwa ada banyak kekusaman dan lecet-lecet di bagian body motor itu. Pun soal kilometernya yang sudah mencapai 58ribuan. Tapi setelah dia coba rasain bawa, mesinnya masih joss bin asik katanya. Nah, kembali saya lakukan kesalahan berulang yang merugikan. Si kawan ini sebenernya mau mengajak saya pura-pura kurang berminat dan sepakat nawar ngotot harga motor ini agar bisa turun sampe 6 juta saja karena ada banyak kendala yang mungkin butuh biaya perbaikan,  selain itu ya biar bisa dapet murah aja.

Tapi sayang, dia gak ngomong langsung ke saya dan saya pun gak punya instin gcekatan yang bisa langsung nangkep maksud gerak-geriknya yang makin aneh itu. :D Alhasil saat proses tawar menawar berlangsung, karena saya merasa ah sudah cocok aja dan saat saya sebut angka 7,5 juta si pemiliknya langsung bilang oke, saya rasa ini sudah jauh lebih murah ketimbang estimasi budget saya. Tapi si kawan justru setelahnya menyatakan penyesalan karena saya dianggap sudah melakukan kesalahan fatal dengan menyia-nyiakan kesempatan negoisasi yang lebih menguntungkan. Ah.. terlanjur sudah Bung !

Alhasil setelah satu minggu motor itu saya bawa pulang dan nikmati sebagai milik pribadi, mulai timbul beberapa kendala dan terus berturut-turut dalam dua bulan awal. Pertama, tetiba malam hari bau bensin menebar kemana-mana karen netes dari saluran pembuangan mesin, saya bawa ke bengkel sambil parno kalo sampe harus ganti karburator, eh ternyata ini karena motor sudah kelamaan gak diservis jadi karburatornya kotor parah sampe mengganggu jarum bahan bakarnya, sekalian ngebenerin tombol chuck yang udah lepas karena bautnya hilang, total saya habis 50 ribu.

Kedua, makin hari itu motor makin oleng kalo dibawa jalan di aspal mulus, apalagi kalo ngebut dan mau belok nikung, saya bawa ke bengkel untuk di stel ulang jari-jari roda depan dan belakang, total habis 80 ribu. Ketiga, saya harus beli kaca spion karena memang sudah tinggal sebelah dan kondisinya pun sudah miris, saya habis 40 ribu. Keempat, saya juga harus ganti itu pijakan step kaki belakang yang sudah kendor meleot sana-sini dan bikin gak nyaman bagi siapa pun yang diboncengi, habislah saya 35 ribu.

Kelima, makin hari itu rem belakang makin rajin bunyi berdecit-decit dan lama-lama makin mutlak gak bisa dipake ngerem, dua bengkel saya datangi menolak kasih layanan dan cuma nyaranin saya untuk bersihin sendiri, mungkin kotor karena musim hujan katanya. Tapi karena makin jadi problem saya paksa itu bengkel ngebongkar dan ketahuanlah kalo kampas rem ini emang belum habis, tapi imitasi dan sudah nyaris patah ! habislah saya 45 ribu untuk ganti baru yang ori.

Keenam, saya harus juga ganti oli karena memang sudah waktunya diganti. habislah saya juga 45 ribu. Lalu ketujuh, karena bodynya sudah ada beberapa bagian yang tampak terlalu kusam dan tak sedap dipandang saya beli pilox hitam dob seharga 25 ribu buat mengecat beberapa bagiannya biar agak lebih segar dipandang.

Kedelapan, saat saya sedang berusaha menunda penggantian satu set gir dan rantainya yang sudah mulai aus karena budget sedang dihemat-hemat, eh ternyata saya kena musibah pecah ban di jalan. Ditemukanlah bahwa ada 5 lubang di ban dalam yang disebabkan oleh kawat-kawat ban luarnya yang sudah gundul itu pada mencuat menusuk. Alhasil saya harus ganti itu semua sekaligus. ban luarnya 150 ribu dan ban dalamnya 50 ribu jadi 200 ribu sudah dengan ongkos pasang.

Kesembilan, demi kenyamanan dan keselamatan berkendara, saya beli itu jas ujan atas bawah yang cukup besar dan berbahan kuat seharga 100 ribu. Kesepuluh, saya juga beli itu helm baru seharga 150 ribu biar makin asik menikmati motor pribadi perdananya. Kesebelas, saya juga beliin itu sarung jok jaring biar makin empuk dan gak panas kalo habis parkir tanpa atap seharga 50 ribu. Keduabelas, saya baru sadar kartu SIM sudah kadaluarsa dan butuh uang 300 ribu buat menggantinya dengan yang baru.

Alhasil dari semua ini, dalam dua bulan pertama, untuk motor ini saya sudah menghabiskan dana sebesar : 50rb (servis karbu) + 80rb (stel jari-jari) + 35rb (step blkg) + 40rb (kaca spion) + 45rb (kampas rem) + 45rb (oli) + 25rb (pilox) + 200rb (ban luar-dalam) + 100rb (jas ujan) + 150rb (helm) + 50rb (Jok Jaring) + 300rb (SIM) = Rp. 1.120.000,- terbilang satu juta seratus dua puluh ribu rupiah.

Ini belum semua tuntutan saya penuhi lho ! seperti ganti seperangkat gir rante tadi, atau problem dan kebutuhan lainnya yang belum tampa. Bisa dibilang untuk motor bekas yang saya bayar 7,5 juta ini saya sebenarnya sudah menghabiskan uang lebih dari batas budget yang hanya 8,5 juta. Saya pun ikut meyesali anjuran sahabat saya tadi yang awalnya sudah yakin ini motor sesungguhnya bisa kami beli seharga 6,5 atau 7 juta saja. Hmm.. yasudahlah, ikhlaskan jadi pelajaran..

Begitulah, beli motor bekas itu memang harus sabar, jeli, dan cerdas Bung ! Kita harus lebih bersabar dan maksimal saat melakukan perburuan informasi, supaya alternatif pilihan yang sesuai dengan kriteria kita pun jadi lebih banyak. Setelah nemu pilihan yang dirasa cocok, usahakan janji ketemuan di tempat yang aman, bisa juga dengan cara kita membawa teman yang terpercaya.

Setelah itu kita juga harus berani dan gak boleh males meriksa kondisi kendaraan dari tampilan luarnya, sampe ke mesin, dan hal-hal remeh temehnya. Ini penting banget supaya kita bisa menaksir berapa biaya yang dibutuhkan segera untuk menyempurnakan kembali performa si motor bekas yang kita beli. Ini juga jadi bekal buat mengoptimalkan momentum negoisasi dengan si penjual, bangun komunikasi positif bahwa kita saling membutuhkan, biar gak saling nahan ego pengen untung sendiri. Jangan lupa transaksinya harus jelas dan sah secara hukum, bikin surat jual-beli yang bermaterai, sempatkan ambil foto dan saling tukar foto copy kartu identitas.

Nah, tapi biar pun si motor yang sudah terlanjur kebeli ini sempat dirasa kurang memuaskan hati. Saya sudah ikhlas, dan sekarang mulai semakin bangga sama motor pribadi perdana ini. Saya juga berusaha betul memakai dan merawatnya sebaik dan sebijak mungkin. Bagaimanapun, motor ini bakal jadi kawan berjuang yang setia selama ngejalanin hidup beberapa tahun ke depan.. :D


Ini dia jagoan saya si merah "Ilmoe" . . .






Awas ! Pencurian di Ruang Lesehan Kapal Ferry Merak-Bakauheni

Dicatat oleh : Saddam Cahyo


***
Siapa yang pernah atau sering melakukan perjalanan darat lintas pulau Sumatera dengan pulau Jawa tentu tak akan asing dengan rute laut selat sunda antara Pelabuhan Merak-Banten dan Pelabuhan Bakauheni-Lampung. Biasanya kita harus menempuh perjalanan laut menaiki kapal Ro-ro atau Ferry yang besar selama sekitar 2-4 jam dalam keadaan ombak normal untuk menyeberang antar pulau utama negeri Indonesia itu.

Selama perjalanan, kita juga akan terbiasa dengan hadirnya pilihan-pilihan tempat duduk yang disediakan oleh masing-masing kapal. Ada yang gratis atau kelas ekonomi dengan keadaan yang serba apa adanya, termasuk minim alat keselamatan, kadang nyaman di dalam ruangan, kadang jumlah kursinya sangat sedikit, kadang di luar ruangan tanpa dinding, tapi kadang malah tidak disediakan.

Ada yang bisa duduk empuk dan ber-AC tapi bayar sekitar 5-10 ribu rupiah. Ada juga ruang lesehan yang sangat menggiurkan dan tampak paling nyaman untuk melepas penat perjalanan darat. di dalamnya kita bisa meregangkan dan meluruskan tubuh atau malah sampai tertidur pulas beberapa jam.biasanya dikenakan tarif 10-15 ribu rupiah berikut bantal.

Sebagai orang yang cukup sering mobile antar dua pulau ini, tak jarang saya juga ambil kesempatan untuk memaksimalkan istirahat di dalam ruangan eksklusif yang berjuluk RUANG LESEHAN itu tadi. Maklum, kadang tubuh kita sudah terasa sangat lelah dan pegal bertahan dalam posisi duduk selama berjam-jam, sekali pun mata tertidur selama perjalanan bis, tetap saja tidur telentang jauh lebih nikmat rasanya !

Sayangnya bulan Februari kemarin saya kedapatan musibah yang tak mengenakkan persis di dalam ruang lesehan kapal Ferry sepanjang penyeberangan Merak-Bakau. Ceritanya saya yang sudah sangat lelah dan ngantuk dari bus mulai memasuki pelabuhan merak sekitar pukul 01.00 WIB. Karena kondisi tubuh yang menuntut istirahat dan kebetulan pasangan saya juga lebih nuntut lagi tubuhnya untuk segera ambil rehat di ruang lesehan, maka setelah masuk dalam kapal, kami berdua pun segera ambil posisi senyaman mungkin.

Tak lama kemudian kapal mulai bergerak berangkat dan petugas penarik tiket tambahan untuk biaya tidur di ruang lesehan pun mulai berkeliling menagih sambil menawarkan bantal. Beberapa saat setelah itu kami masih terlibat dalam obrolan senda gurau seperti biasanya, tapi karena mulai semakin lelah kami pun ambil ancang-ancang posisi tidur yang senyaman mungkin. Sebelum itu memang kami putuskan untuk tidur di dekat bagian yang ada lubang saklar sambil ngecas handphone.

Kebetulan, saat itu saya sedang dalam situasi seneng-senengnya punya hape baru, jenis android kit-kat dari Lenovo seharga 1,5 jutaan. Yaph, gak istimewa amat sih buat para penggila gadget, tapi bagi saya ini sudah lebih dari cukup untuk disebut istimewa.. :) Nah, si henpon baru itu ternyata memang sudah lowbat dan kami rasa butuh sekali untuk diisi baterainya, biar sepanjang perjalanan kami berdua masih bisa sempatkan waktu untuk ambil beberapa foto atau menghubungi sanak-famili.

Tapi sayang, kami sama-sama ceroboh, telat menyadari kalau kejahatan bisa terjadi dimana saja dan dalam keadaan apa saja. Sekalipun itu hp di cas nempel dengan tubuh saya dan sudah ada tas-tas kami yang mengelilingi sebagai batasan teritorial. Ternyata rejeki saya atas hape itu tetap saja harus pupus dalam usia yang baru melewati kegenapan dua bulan waktu berlalu itu..

Ceritanya, setelah saya ketiduran dan berkali-kali berusaha untuk terbangun tapi jadinya malah setengah sadar. Ada sesosok pria dewasa yang bertubuh kurus, mengenakan celana bahan jeans biru dan sewater tebal berwarna keabuan yang tiba-tiba sudah tampak tertidur pulas dalam posisi kepala berdekatan dengan kepala saya. Dalam keadaan setengah sadar saya sempat memastikan kalau dia itu tampaknya memang tidur pulas sebagaimana hampir semua penumpang yang ada di ruang lesehan malam itu. Sayangnya saya tak cukup sadar untuk segera mengamankan henpon baru yang lagi diseneng-senenginnya itu dari posisi tercolok listrik.

Dan tiba-tiba saya terbangun setengah kaget baru ingat untuk segera mencabut itu hape, dan ternyata orang yang tidur itu sudah pergi menghilang entah kemana berikut hape kesayangan saya yang masih baru itu, tapi untung ! chargernya masih ditinggal menggantung :(

Saya panik, membangunkan itu pasangan saya, menanyakan ke semua orang yang ada di ruang lesehan, dan berkeliling kapal mencari sosok yang samar-samar saya lihat saat ketiduran sebelumnya. tapi nihil ! dihubungi pun namanya sedang di atas lautan, tidak ada signal ! Saya coba ikhlas tapi masih dongkol sepanjang perjalanan, dan ternyata orang-orang satu bus DAMRI juga menceritakan bahwa malam itu di dalam kapal ada banyak orang yang panik mengaku kehilangan handphone seperti yang saya alami juga.

Dari pengalaman buruk ini saya mendapat pelajaran, ternyata ini modus yang sudah umum dilakukan oleh para pelaku kriminal di dalam kapal, pelakunya bisa berasal dari berbagai kalangan, tak menutup kemungkinan mereka itu kru kapal atau malah sesama penumpang. yang jelas, perlu sama-sama diketahui jika menaiki kapal ferry khususnya di waktu malam hari, kewaspadaan harus lebih ditingkatkan. jaga barang bawaan pribadi secermat mungkin, kalau memang harus ngecas handphone, jaga ! jangan nitip orang lain apalagi ditinggal tidur, isi saja secukupnya kalo memang kita sudah ngantuk atau lelah.

Perlu diperhatikan juga, ini setelah beberapa kali lagi saya lakukan perjalanan malam di atas kapal ferry, ternyata ruang eksklusif lesehan ber-ac ini tidak pernah akan bisa menjamin keamanan dan kenyamanan. kenapa ? karena petugasnya yang gak jelas ! mereka hanya standby selama kapal belum berangkat hingga awal-awal kapal berangkat, tapi setelah semua penumpang ruang lesehan merasa telah mendapatkan posisi nyamannya masing-masing dan seluruhnya sudah ditarik iuran, maka mereka akan melengos pergi meninggalkan kita semua selama perjalanan. nah ! di celah inilah, orang-orang yang sebelumnya tak punya niat dan akses serius tidur di dalam ruang lesehan bisa memanfaatkan kesempatan untuk bebas leluasa keluar-masuk seolah-olah mereka juga penumpang ruangan berbayar ini. Disitulah letaknya celah kriminalitas bisa marak terjadi.

Seperti yang saya alami, saat masih setengah sadar mengetahui ada orang yang mendadak tidur di dekat handphone saya itu setelah saya cermati ternyata berlangsung setelah perjalanan kapal telah menempuh waktu lebih dari 1,5 jam, artinya dia bukanlah penumpang yang sejak awal mendiami ruangan lesehan, ini juga tampak dari barang bawaan yang samasekali gak dia bawa dan dengan mudahnya dia melengos pergi setelah mangsanya diterkam.. huft ! sudahlah, begitu saja, selamat mawas diri dalam perjalanan !

Berhubung HP android kesayangan saya sudah hilang dan belum tergantikan, jadi sebagai ilustrasi saya comotkan beberapa gambar ruang lesehan dari portal orang lain berikut ini deh biar agak seru..


http://astriahijriani.blogspot.com/2012/08/menyeberangi-selat-sunda-dengan-kmp.html

http://empingpurplelovers.blogspot.com/2012/03/penyebrangan-merak-bakauheni.html

http://www.bismania.com/home/archive/index.php/t-6533.html

Rabu, 18 Maret 2015

Bikin SIM C (Motor) di Polresta Bandar Lampung

Dicatat oleh : Saddam Cahyo


***
Bikin SIM alias Surat Izin Mengemudi memang penting buat setiap warga negara yang sudah dewasa terutama sebagai itikad adanya kesadaran hukum dalam diri kita. Tapi di "Negeri Proyek" seperti Indonesia ini ceritanya selalu khas, dibumbui oleh tingginya selubung praktek calo dan tilep-tilepan pelicin dibalik wajah sok tegas penegakkan aturan resmi. Ah, maaf kalau saya berprasangka buruk.. :)

Tapi pengalaman menarik terjadi di awal bulan Januari 2015 kemarin. Sebelumnya saat ingin bepergian ke luar kota, saya memeriksa seluruh surat administrasi kependudukan di dompet, dan baru tersadar ternyata kartu SIM C saya masa berlakunya sudah habis sejak akhir tahun 2013. Wah, agak kaget juga karena kecerobohan diri sendiri yang abai memeriksa SIM sampai lebih dari setahun tidak aktif kok baru ngeh.

Tak lama berselang, saya yang belum pernah punya pengalaman memperpanjang kartu SIM ini mencoba mendatangi mobil mini bus SIM Keliling milik Polresta Bandar Lampung yang biasa mangkal di pelataran parkir Mueseum Lampung. Tapi sayang, ternyata mobil ini yang memang tak bisa melayani pembuatan kartu SIM baru itu juga hanya bisa melayani perpanjangan kartu SIM yang masa berlakunya belum lewat atau habis. Sedangkan kartu SIM saya jelas sudah mati lebih dari setahun.

Solusi yang diberikan oleh ibu-ibu polwan di mobil itu adalah segera mendatangi kantor pelayanan SIM di unit lantas Polresta bandar Lampung untuk pembuatan ulang kartu SIM baru saya. Nah, tapi saya lupa nanya berapa biaya yang dibutuhkan, karena dulu waktu pertama kali bikin SIM saya memakai "bantuan" biro jasa Princess seharga 250 ribu rupiah.

Kepada informasi yang berserak diinternetlah saya berserah diri, dan alhasil ditemukan kabar bahwa pemerintah RI berencana untuk meningkatkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di sektor Kementerian Hukum dan HAM di tahun 2015, yang berdampak pada akan dinaikkannya tarif resmi pembuatan kartu SIM sampai dua kali lipat lebih. kabarnya dari kisaran 80-120 ribu akan naik menjadi 300 ribuan. Berita lain yang menghebohkan adalah digelarnya operasi zebra oleh kepolisian daerah Lampung yang selama satu bulan terakhir ini gencarnya kelewatan melakukan razia surat-menyurat di jalanan, alias nebar jaring tilang di semua sudut kota setiap harinya. bikin deg-degan karena kita tahu resiko kena tilang itu ribetnya minta ampun.

Wah saya jadi agak makin termotivasi untuk segera mendatangi itu kantor polisi di tengah kota. Tapi sebelumnya saya juga sudah dapat sebaran informasi dari akun facebook resminya Divisi Humas Mabes POLRI yang menerangkan bahwa berdasarkan PP No. 50 Tahun 2010, rincian tarif resmi yang berlaku adalah :
1. SIM A, SIM B1, SIM B2 (Kendaraan roda empat) : baru Rp.120 ribu, perpanjangan Rp.80 ribu
2. SIM C (roda dua) : baru Rp.100 ribu, perpanjangan Rp.75 ribu
3. SIM D (khusus penyandang cacat) : baru Rp.50 ribu, perpanjangan Rp. 30 ribu.
4. SIM internasional : baru Rp.250 ribu, perpanjangan Rp. 225 ribu.

Tapi karena pengaruh berita soal naiknya target pendapatan negara tahun 2015 tadi, saya sudah mempersiapkan diri membawa uang Rp.350 ribu untuk perkiraan biaya pembaruan kartu SIM C. Datanglah saya ke itu pusat kantor polisi kota pada hari Kamis, 8 Januari sekitar pukul 13.00 WIB, persis hitungan saya setelah waktu istirahat siang mereka selesai dan pelayanan kembali dibuka.

Saya langsung masuk ke parkiran motor tamu, dan berjalan kaki menuju unit lantas di bagian belakang komplek Polresta Bandar Lampung. Sampai di sana saya langsung dihampiri oleh bapak polisi berkumis tebal dengan nada setengah ramah yang khas, dia tanyakan saya ada keperluan apa dan setelah tahu saya mau bikin SIM, dia arahkan saya untuk fotokopi KTP dan tes kesehatan di halaman belakang kantornya.

Oke, fotokopi KTP dua lembar seharga Rp. 1000 dan disebelahnya ada kios pemeriksaan kesehatan, saya ditimbang beratnya, diukur tingginya, diperiksa kemampuan matanya, dan sudah selesai saya bayar Rp. 10.000. lalu jalan kembali masuk ke kantor unit lantas. Saya diberi map formulir pendaftaran di loket, dan diminta mengisinya dengan sebenar-benarnya merujuk pada kartu identitas KTP yang dimiliki.

Sambil mengisi, si bapak polisi berkumis tebal yang gaya setengah ramahnya khas itu kembali menghampiri dan bertanya, "Ini masnya mau bikin yang langsung aja atau pake tes dulu ?" saya jawab, "Ya terserah aja pak, gimana prosedurnya saja." dia jawab, "Oh jangan gitu, ya kalo mau pake tes ya silahkan, tapi ini sudah siang, sudah mau sore, asal mau ribet aja bisa beberapa hari baru jadi, itu kalo masnya bisa lulus langsung, tapi kalo mau yang langsung juga bisa." terus saya jawab, "Langsung itu maksudnya langsung jadi hari ini tanpa tes ya Pak?" dia jawab, "Iya langsung, biayanya 2,8, sim motor kan? kalo mau tes ya seratus ribu aja. tapi ya itu tadi, ini sudah kesiangan." saya jawab, "Ya Pak, nanti saya isi formulir dulu."

Sambil ngisi formulir saya sambil mikir dan tanya ke si mbak yang nunggu loket, soal pilih mana dari dua tawaran bapak polisi yang nungguin di bangku panjang itu. Mbaknya bilang , "ini sudah siang mas, biasanya kalo pilih tes ya lama, bisa dilanjut besok, dan kebanyakan gak sekali tes langsung lulus, bisa berkali-kali nyoba tesnya, tapi kalo biaya emang lebih murah seratus ribu itu bisa buat beberapa kali tes kok, tergantung masnya aja." Oh jawaban si mbak ini juga memang khas sekali, khas birokrasi di Indonesia yang selalu cerdik menghadirkan tawaran-tawaran alternatif yang menggiurkan bagi masyarakat sipil kepepet dan kebelet seperti saya..

Akhirnya, dengan sedikit dipengaruhi lagi oleh kawan baik saya yang ikut mengantarkan tapi gak boleh masuk ruangan karena nekat cuma pake celana pendek itu saya jadi ikutan jalur mainstream, yah, jalur licin asal gak kepeleset. Si bapak polisi sambil menerima itu berkas formulis saya bilang, "mas, dananya yang seratus silahkan dibayar ke loket Bank BRI di sebelah kiri gedung ini, dan nanti bukti pembayarannya dibawa lagi kesini, lalu yang sisanya seratus lapanpuluh dibayar ke loket mbak ini ya." saya jawab, "Oh, oke pak."

Setelah lakuin pembayaran resmi di loket BRI saya kembali ke ruangan tadi dan membayar kekurangannya di si mbak tadi, dan pak polisi tadi langsung suruh saya melangkah ke dalam ruang potret kartu SIM. Disana sudah ada polisi muda yang menunggu, sambil ngajak ngobrol dia bilang, "Loh belum lulus juga kuliahnya ? ngapain aja lu Dam?" saya agak kaget karena gak kenal sama ini polisi, tapi saya sok ramah saja ngejawab, "Ah, biasa banyak kular-kilir ngalor-ngidul, tapi ini udah mau selesai kok." dan terlibatlah kami dalam obrolan gak jelas sambil disuruh natap ke arah kamera sebentar, terus bikin tanda tangan, dan ngecap sidik jari. Semuanya sudah canggih dan terkomputerisasi. Si polisi muda yang sok kenal sama saya itu tadi tiba-tiba bilang, "udah ini, apalagi?" nah, saya bingung, kok tiba-tiba itu kartu SIM sudah jadi saja, padahal seluruh waktu yang saya habiskan dari awal sampai akhir cuma sekitar setengah jam. kilat banget !

Sambil bingung saya jalan keluar, teman saya yang berani datengin kantor polisi kota cuma pake celana pendek itu langsung tanya, "udah men? cepet amat." saya jawab, "Iya nih, eh tapi kok ini jadinya SIM A buat mobil ya ? gua kan mau bikin SIM C buat motor.." dia jawab, "Sana buruan masuk lagi minta diganti" saya jawab lagi "iya nih, asal-asalan banget, tadi gua gak ditanya-tanya segala sih malah ngobrol gak jelas". Yap akhirnya harus balik lagi dan menunggu sekitar 15 menit, maka kartu SIM C baru saya pun sudah jadi sempurna. Lalu saya segera pulang dan tak lupa membayar uang parkir sebesar Rp. 2 ribu.

Jadi kalau ditotal biaya yang saya keluarkan untuk pembuatan SIM C baru di Polresta Bandar Lampung adalah : Rp.1000 (fotokopi) + Rp. 10.000 (Cek Kesehatan) + Rp. 100.000 (bayar resmi ke BRI) + Rp.180.000 (nyawer si mbak dan polisi kumis) + Rp.2000 (biaya parkir) = Totalnya Rp. 293.000,- (terbilang : dua ratus sembilan puluh tiga ribu rupiah).

Nah, kesimpulannya adalah saya bisa jadi pantas dibilang sebagai warga negara yang sadar hukum tapi tidak disiplin dan malah ikut melanggarnya. Bodoh kan ? Yap, saya merasa bodoh dan malu sebenarnya, kok bikin SIM saja harus nyogok, padahal saya sudah hampir sepuluh tahun ini lancar mengemudi sepeda motor di jalan raya. Tapi situasinya juga memang sulit, masyarakat kerap dibuat hampir tak boleh memilih. Aturan resmi selalu ada dan jelas, tapi kehadirannya selalu hanya sebagai jurus jitu untuk menyuburkan praktek terselubung yang dilestarikan oleh oknum massal aparat negara yang hasrat nyari seserannya juga sudah terlampau sistemik..




Empat ( 4 ) Pilihan Rute Darat Jakarta Menuju Jogjakarta

Dicatat oleh : Saddam Cahyo


***
Entah bagaimana, Yogyakarta selama beberapa tahun terakhir ini memang terus menjelma sebagai obsesi yang belum penuh tersampaikan. keadaan ini yang membuat saya terus memupuk imajinasi tentang petualangan touring darat sendirian dari kota asal saya (Bandar Lampung) menuju ke Yogyakarta, tapi entah bakal kesampaian atau tidaknya. :D

Tentu saja, sebagai kota besar yang legendaris di negeri ini, tidaklah akan sulit mencari jalan menuju ke Yogyakarta. Tapi sebagai manusia yang masih kerdil akan pengalaman hidup, bagi saya ini masih jadi sebuah misteri yang baru bisa diraba dan belum utuh bisa tampak dikenali dan dipahami.

Sebuah situs berita yang saya temukan saat perburuan informasi cukup gamblang mengabarkan setidaknya ada 4 pilihan rute dari arah Jakarta menuju Jogja. Berikut saya sajikan ulang sebagai informasi tambahan tentang rute yang biasa dipakai sama trayek bus antar kota antar provinsi ke arah Jogja yang barangkali bisa berguna buat siapa pun yang sama-sama masih buta arah tapi nekat pengen nyoba melangkah
( http://forum.detik.com/info-rute-po-dan-tarif-bis-t278261p9.html ) :

1.VIA BANDUNG.
alur lengkap : Jakarta-Tol Cikampek-Tol Purbaleunyi-Cileunyi-Nagrek-Malangbong-Tasikmalaya-Ciamis-Banjar-Majenang-Wangon-Sumpiuh-Gombong-Kebumen-Kutoarjo-Purworejo-Wates-Jogja
jika diukur dgn Google Maps, rute ini adalah yg terpendek, sekitar 544 km, tapi jalur di sini didominasi oleh kelokan-kelokan karena melewati dataran tinggi, terutama di Nagrek, Ciawi, dan Banjar-Majenang-Wangon... tidak disarankan bagi anda yg biasa mabuk darat...


2. VIA PURWOKERTO
alur lengkap : Jakarta-Tol Cikampek-Cikampek-Pamanukan-Jatibarang-Palimanan-Tol Palikanci-Tol Pejagan-Ketanggungan-Bumiayu-Purwokerto-Sumpiuh-Gombong-Kebumen-Kutoarjo-Purworejo-Wates-Jogja
jarak rute ini sekitar 552 km... kontur jalur ini tergolong datar dan tidak banyak kelokan, tetapi sebagian ruas jalan dari Ketanggungan sampai Purwokerto banyak yg rusak..

3. VIA TEMANGGUNG
alur lengkap : Jakarta-Tol Cikampek-Cikampek-Pamanukan-Jatibarang-Palimanan-Tol Palikanci-Tol Pejagan-Brebes-Tegal-Pemalang-Pekalongan-Batang-Alas Roban-Weleri-Sukorejo-Ngadirejo-Temanggung-Magelang-Muntilan-Sleman-Jogja
jarak rute ini sekitar 557 km... karena rute ini mayoritas melewati lintas pantura, maka rute ini tergolong datar, tetapi mulai dari Weleri hingga Temanggung dan Magelang mulai banyak kelokan karena melewati dataran tinggi, jadi harus hati-hati...

4. VIA SEMARANG
alur lengkap : Jakarta-Tol Cikampek-Cikampek-Pamanukan-Jatibarang-Palimanan-Tol Palikanci-Tol Pejagan-Brebes-Tegal-Pemalang-Pekalongan-Batang-Alas Roban-Weleri-Kendal-Mangkang-Tol Krapyak-Banyumanik-Ungaran-Bawen-Ambarawa-Secang-Magelang-Muntilan-Sleman-Jogja
rute ini adalah yg terjauh, 595 km, dan didominasi dgn kontur dataran rendah dan sedikit kelokan di ruas Ambarawa-Secang...

Selasa, 17 Maret 2015

Durian Hutan, Si Buah Langka, Unik, yang Memusingkan

Dicatat oleh : Saddam Cahyo

***
Saya sedang kembali mengingat-ingat pengalaman menarik di beberapa tahun yang sudah lalu, persisnya sekitar januari-februari 2012. Saat itu saya sedang menunaikan kewajiban studi KKN (Kuliah Kerja Nyata) Tematik Universitas Lampung di wilayah Desa Datar Bancong, Kecamatan Kasui, Kabupaten Way Kanan yang mayoritas penduduknya beretnis Ogan (bahasanya melayu).

Desa yang terdiri dari lima dusun ini sangat ramah dan terbuka pada orang luar, tapi untuk menuju kesini jarak tempuhnya memang luar biasa, terhitung sekitar 9 jam perjalanan dari Kota Bandar Lampung. Penduduknya banyak menggantungkan hidup dari pertanian karet rakyat, dalam artian mereka menanam sendiri batang pohon karetnya tanpa memakai perhitungan dan pertimbangan yang detail, maka tak heran kalau pola tanamnya semrawut tak beraturan hingga kualitas pertumbuhannya pun kurang optimal. Kebun karet mereka di perbukitan yang luas itu lebih tampak seperti "hutan karet" ketimbang lahan "kebun karet" yang biasanya terbentang rapih dalam barisan menyerong.

Lepas dari itu semua, kami sekitar 20 orang mahasiswa KKN mendapatkan kesempatan menarik, yakni ketika diajak warga untuk naik ke puncak perbukitan karet dengan perjalanan kaki selama 3 jam kurang lebih. Tujuan utamanya adalah membenahi saluran air dari sumber mata air di puncak sana yang jadi andalan pemasok air bersih bagi ratusan warga lima dusun ini. Metode pengairan mereka pun masih sangat sederhana, tapi cukup adil dan efektif manfaatnya.

Dalam perjalanan turun pulang, Mang Sam salah satu kepala dusun menawarkan pada kami untuk mencoba cicipi buah khas dari hutan karet ini. Tak lain dari sesuatu yang mereka sebut Durian Hutan atau dalam bahasa Ogan mereka sebut Duhian Utan. Pohonnya agak jarang dan katanya sih semakin langka karena sulit ditanam di lahan perkebunan, kebanyakan mereka tumbuh di bibir sungai.

Dengan cukup berani, kawan kami yang bernama Bukit tertantang untuk memanjat itu pohon dan memaksa kawan lainnya untuk ikut repot mengumpulkan buah durian hutan yang dipetiknya dengan susah payah itu. Setelah terkumpul cukup banyak, kami mulai mengerubutinya seperti biasanya terjadi pada orang-orang penasaran dalam melihat hal yang baru di mata.

Buah durian hutan ini agak berbeda dengan durian yang umumnya beredar di pasaran. Ukurannya lebih kecil, hanya sekitar sebesar batok kelapa. Durinya tak sekeras durian pada umumnya, karena lebih menyerupai bulu buah rambutan versi besar. Jadi agak lembut dan aman buat disentuh tangan. corak warnanya juga agak mirip rambutan, yakni hijau kemerah-merahan. Aromanya pun banyak berbeda dari durian umumnya, lebih seperti aroma buah cempedak. Pun dengan bentuk isinya dan rasanya, agak lebih kenyal dan mirip cempedak. Tapi manis dan nikmat juga kok rasanya. Cara membukanya bukan dibelah seperti biasanya durian, tapi dengan cara dipotong golok secara horisontal.

Dan yang penting dicatat adalah buah ini sangat memusingkan ! yap, rata-rata kami makan lebih dari dua buah setiap orang, dan tak lama dari itu kami semua sama-sama alami kondisi "mabuk" durian dengan gejala kepala pusing, mata agak berkunang, dan butuh waktu istirahat tidur-tiduran lebih dari setengah jam untuk kembali pulih melanjutkan perjalanan turun bukit.

Ternyata si durian hutan ini juga tercatat jadi buah eksotis khas pedalaman pulau Kalimantan baik yang sisi negeri Indonesia atau pun yang di bagian Malaysia, mereka biasa menyebutnya dengan sebutan Buah Lahung atau Durian Tayie.

Berikut hasil jepretan saya untuk mengabadikan wujud si buah langka, unik dan memusingkan itu :







Pilih Nge-DAMRI dari Jakarta ke Lampung

Dicatat oleh : Saddam Cahyo

***
Perjalanan dari Jakarta ke Lampung itu sih memang cuma jalur pendek buat hitungan lintas kota dan provinsi, karena jaraknya yang memang gak terlalu jauh dan lama. Tapi gak ada salahnya sekali lagi saya ikut nimbrung urun sharing pengalaman.

Kebetulan, kemarin tanggal 16 Maret 2015 saya berangkat dari stasiun Tugu - Jogja ke stasiun Senen - Jakarta via kereta bisnis Senja Utama. jam 20.30 WIB kereta berangkat dan sampai sekitar pukul 06.30. Saya lanjut dengan cara keluar dari stasiun, menuju ke halte busway pasar senen (arah ke Atrium). ternyata kebijakan serba kartu di Jakarta memang sudah jalan, tiket busway tak lagi bisa dibeli pakai uang tunai, kita harus punya kartu bersaldo yang pemakaiannya dengan cara ditempelkan ke mesin reader ticket yang segera memotong saldo kartu kita sebesar Rp. 3500 buat sekali perjalanan.

Untuk kartu ini sendiri, biasanya ada penjual di loket, perdananya seharga 40 ribu rupiah dengan berisikan saldo 20 ribu rupiah di dalamnya. Kartu ini tak punya masa aktif, jadi gak bakal kadaluarsa selama belum ada perubahan kebijakan. kartu ini juga bisa dipakai siapa saja, jadi kalo hilang Bank tidak ganti rugi, dan kita juga bisa bebas meminjamkan.

Saya naik Busway yang ke arah halte Harmoni sekitar pukul 08.00 WIB, tentu seperti biasanya, naik busway di Jakarta itu harus berjuang, berdesakan, dan bersabar sambil tetep egois. Hehehe.. Tapi saya tidak harus turun di halte Harmoni, karena hanya melewati halte Atrium, halte RSPAD, dan tak lama kemudian sudah harus turun di halte Gambir 1.

Yap, naik bus DAMRI jurusan Jakarta ke Lampung memang bukan dari terminal, melainkan dari stasiun kereta GAMBIR. Sekitar jam 08.30 saya sudah sampai ke pos penjualan tiket Damri di sisi parkir stasiun kereta Gambir. Ternyata lalu lintas mobilisasi warga dua kota ini memang terbilang tinggi, tampak dari piihan trayek yang ditawarkannya.

1). Kelas BISNIS, harga tiketnya 160 ribu rupiah, jadwal keberangkatan ada yang jam 10, jam 20, dan jam 22.

2). Kelas EKSEKUTIF, harga tiketnya 205 ribu rupiah, jadwal keberangkatan ada yang jam 10, jam 19, jam 20, jam 21, dan jam 22.

3). Kelas ROYAL CLASS, harga tiketnya 240 ribu rupiah, jadwal keberangkatan ada yang jam 8, jam 9, jam 19, jam 20, dan jam 21.

Untuk pembelian tiket, mending datang langsung biar bisa milih posisi duduk. Loketnya buka dari jam 7 pagi sampai jam 9 malam. Pembelian untuk keberangkatan jauh hari juga dilayani terhitung maksimal satu minggu sebelum waktu berangkat. Jika dalam keadaan hari-hari biasa seperti saya kemarin, beli tiket mendadak satu atau dua jam sebelum keberangkatan juga masih sangat memungkinkan kok. Soal waktu tempuh juga relatif cepat lah, sekitar 8 jam perjalanan saja.

(Perkiraan saja ya, ini gambar loket bus DAMRI di stasiun KA Gambir /http://www.haltebus.com/detail227.html)

Alternatif Nge-Bus dari Lampung ke Yogyakarta (Naik PO.SABUK GUNUNG)

Dicatat oleh : Saddam Cahyo

Selama beberapa tahun ngelakuin perjalanan bolak-balik Lampung - Yogyakarta lantaran kebutuhan rutin asmara, kali ini saya dapet pengalaman menarik yang barangkali bermanfaat kalo dicatat di dunia maya. Pasalnya sebagai konsumen informasi (tukang googling), saya juga sering banyak tanya dan nyerap informasi remeh temeh tapi penting dari pengalaman orang-orang baik yang sudi mencatat.

Oke, selama ini saya selalu ngandelin perjalanan darat dengan menaiki jasa bus langsung jurusan Lampung-Jogja, karena memang belum sanggup kalo mesti lewat jalur udara yang harga tiketnya selalu bikin mikir nguras jatah makan selama stay di kota Jogjanya.

DAMRI memang jadi idola saya dan keluarga selama ini, karena pelayanan dan harganya yang "pas". Tidak kemahalan,, juga tidak kemurahan. Tidak asal-asalan servis, juga tidak berlebihan. Tapi berhubung pemerintah baru indonesia yang dipimpin Jokowi-JK ini sudah bulatkan tekad menghapus subsidi BBM dan melemparkannya ke mekanisme pasar dunia yang labil, alhasil tarif bus DAMRI pun jadi harus ditimang ulang.

Biasanya, ongkos bus DAMRI rute Lampung-Jogja cuma seharga 245 ribu rupiah sajah. tapi setelah BBM resmi dibuat jadi labil tadi, dengan terpaksa PO.Bus plat merah itu juga mesti naikin tarifnya jadi 295 ribu rupiah. Ini yang ngebuat saya coba mikir-mikir ulang mencari alternatif bus lainnya.

Akhirnya saya sempatkan keliling kios agen bus yang melayani trayek ke Jogja, tapi sayangnya harga tiket makin gak bersahabat. PO. PUSPA JAYA matok harga sekitar 360 ribu rupiah, PO. LORENA 330 ribu rupiah. Sedangkan naik bus-bus dari wilayah Sumatera lainnya yang lewat Lampung ke Jogja sangat meragukan.

Berdasar pengalaman sebelumnya, ada banyak resiko kalau nak bus begituan, pertama pemeriksaan ketat di pelabuhan Bakauheni dan Merak; kedua soal pilihan tempat duduk yang gak nyaman dan gak bebas memilih; ketiga keadaan bus yang sudah mulai tak nyaman karena berisikan puluhan penumpang lainnya yang sudah lebih dulu ngelakuin perjalanan berhari-hari dari kota asalnya, mereka sudah jenuh, suntuk, dan mulai rajin menebar aroma tak sedap. Hehehe.

Akhirnya muncullah seorang kawan lama (sama-sama kelamaan kuliah) yang menawarkan untuk nyoba pake bus kecil yang murah meriah. Datanglah kami ke kios agen bus PO. SINAR JAYA di perempatan lampu merah Way Kandis di jalur ByPass Soekarno Hatta Lampung buat tanya-tanya.

Si abangnya menjelaskan dengan ramah. Pertama dia menawarkan untuk naik bus Sinar Jaya saja yang sudah dua tahun ini membuka trayek Lampung-Jogja, tiketnya seharga 280 ribu rupiah. Fasilitasnya "cukup" nyaman, menurut saya hampir mirip lah dengan Damri.

Tapi dia juga menawarkan satu pilihan lainnya, bus medium alias ukurannya gak segede bus antar kota antar provinsi (AKAP) biasanya. Kira-kira seukuran bus kota lah. namanya PO. SABUK GUNUNG (SBG) harga tiketnya cuma 240 ribu rupiah saja !

Ini menggiurkan dan menggoda sekali, akhirnya Rabu tanggal 11 Maret 2015 saya pilih mencoba daripada menebak-nebak. Ternyata bis "kecil" ini cukup nyaman. seat kursinya 2-2 dan modelnya bagus kok, memang tidak ada toilet. Pelayanannya juga ramah dan terpercaya buat mereka yang mau nyambung ke bis lain karena tujuannya agak keluar trayek.Kabarnya ini PO Bus asal Muntilan.

Selain itu, rute yang diambil juga terbilang baru bagi saya yang biasanya lewat jalur selatan Jawa ( Brebes Bumi Ayu). Bis kecil ini mengambil jalur utara ke arah Weleri, berbelok ke arah Temanggung, masuk ke Magelang, lalu menembus ke Sleman, dan berhenti di terminal Jombor Kota Yogjakarta.

Kepuasan saya kembali bertambah mengingat waktu tempuh perjalanan si bus kecil SBG/Sabuk Gunung ini. Berangkat jam 17.00 WIB dari Bandar Lampung, jam 19.00 sudah di depan Pelabuhan Bakauheni dan seluruh penumpang diberi waktu beli nasi bungkus, lalu buru-buru masuk ke dalam kapal yang siap berangkat. Jam 22.00 WIB sudah mendarat di Pelabuhan Merak. dan seperti perhitungan umumnya mereka yang pernah menumpang bus ini, hanya dibutuhkan waktu sekitar 13,5 jam perjalanan dari Merak sampai ke Jogja ! tentu dengan catatan jalanan sedang dalam keadaan normal lancar.

Ini kira-kira gambar busnya, karena kemarin gak sempat motret sendiri, jadi saya comot dari situs lain aja deh (http://rodaenam.blogspot.com/2014/04/jogja-medium-bus.html).



Sedangkan ini gambaran peta rute utara yang dipakai sama bus SBG/Sabuk Gunung ke Jogja :


Buat info tambahan bagi yang nyari 4 jalur alternatif dari Jakarta ke Jogja, coba perhatikan link ini : http://forum.detik.com/info-rute-po-dan-tarif-bis-t278261p9.html